1.
TEORI
PERKEMBANGAN KOGNITIF DARI PIAGET
A.
PENGERTIAN TEORI
PERKEMBANGAN KOGNITIF DARI PIAGET
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori
yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan
objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri
dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta
objek-objek sosial seperti diri, orangtua dan teman. Bagaimana cara anak
mengelompokan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam
objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek
dan peristiwa tersebut.
B.
KONSEP-KONSEP
YANG MENDASARI TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF DARI PIAGET
Untuk memahami teori
perkembangan kognitif dari Jean Piaget, ada beberapa konsep yang harus dipahami
terlebih dahulu, yaitu :
a.
Inteligensi
Piaget mengartikan intelegensia
secara lebih luas dan tidak mendefinisikannya secara ketat. Ia memberikan
beberapa definisi yang umum yang lebih mengungkapkan orientasi biologis,
seperti: Yang terdapat dalam Suparno (2001) :Intelegensi adalah
suatu contoh khusus adaptasi biologis……(Origin of Intelligence). Secara
progressif, dapat dikatakan bahwa : Inteligensi membentuk keadaan ekuilibrium
kearah mana semua adaptasi sifat-sifat sensorimotor dan kognitif dan juga interaksi-interaksi
asimilasi dan akomodasi antara organisme dan lingkungan mengacu (Piaget,1981).
b.
Organisasi
Menunjuk pada tendensi semua spesies
untuk mengadakan sistematisasi dan mengorganisasi proses-proses mereka dalam
sustu system yang koheren, baik secara fisis maupun psikologis (Suparno: 2003).
Contoh : bayi menggabungkan kemampuan melihat dan menjamah.
c.
Skema
Skema adalah struktur mental
seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya. Skema itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif
seseorang. Skema bukanlah benda yang nyata yang dapat dilihat, melainkan suatu
rangkaian proses dalam system kesadaran seseorang. Skema tidak mempunyai bentuk
fisik dan tidak dapat dilihat. (Wadsworth,1989 dalam Suparno).
d.
Asimilasi
asimilasi adalah proses kognitif
dimana seseorang mengintegrasikan persepsi,konsep atau pengalaman baru ke dalam
skema atau pola yang sudah ada di dalam fikirannya.
e.
Akomodasi
Akomodasi adalah pembentukan skema
baru atau mengubah skema yang lama, hal ini terjadi karena dalam menghadapi
rangsangan/pengalaman baru, seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman
yang baru itu dengan skema yang telah ia miliki, hal ini terjadi karena
pengalaman baru itu tidak cocok dengan skema yang telah ada.
f.
Ekuilibrasi
Ekuilibrasi (imbang) adalah tindakan
untuk mencapai keseimbangan. Equilibrium adalah keadaan harmoni atau
stabilitas. Dalam teori Piaget, relatif (atau sementara) ekuilibrium terjadi
setiap kali asimilasi dan akomodasi berada dalam keseimbangan dengan satu sama
lain (Peterson, 1996).
g.
Adaptasi
Adaptasi dalam teori Piaget terdiri
dari interaksi antara proses asimilasi dan akomodasi (Peterson, 1996). Secara
garis besar, Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif anak menjadi
empat tahap secara berurutan. Setiap tahapan ditandai dengan tingkah laku
tertentu serta jalan pikiran dan pemecahan masalah tertentu pula. Tahap pertama
disebut sebagai sensory-motor, untuk anak yang barulahir kira-kira
anak berusia 18 bulan sampai dua tahun. Tahap per-operasional.
Untuk anak yang berusia dari dua tahun hingga tujuh tahun. Operasional yang
terbagi menjadi tahapkonkret operasional berawal dari anak usia 7
tahun dan formal operasional yang berawal dari anak berusia 11
tahun.
C.
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF
Piaget
juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam memahami dunia.
Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berfikir yang
khas atau berbeda. Tahapan perkembangan kognitif Piaget adalah sebagai berikut:
1.
Tahap
Sensorimotorik
Tahap
ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun.
Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan
mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar)
dengan tindakan-tindakan fisik. Dengan berfungsinya alat-alat indera serta
kemampuan-kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka
seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan
dunianya. Piaget membagi tahap sensorimotorik ini kedalam 6 periode, yaitu:
a.
Periode
1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)
b.
Periode
2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)
c.
Periode
3 : Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)
d.
Periode
4 : Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)
e.
Periode
5 : Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)
f.
Periode
6 : Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)
2.
Tahap
Pemikiran Pra-Operasional
Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7
tahun. Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan
gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat
secara simbolis melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu untuk
melaksanakan “Operation (operasi)”, yaitu tindakan mental yang
diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental yang
sebelumnya dilakukan secara fisik.
a.
Imitasi tidak langsung
Anak mulai dapat
menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya
sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang
dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak
dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil
imitasi.
b.
Permainan Simbolis
Sifat permainan simbolis
ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami.
Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya
adalah adiknya.
c.
Menggambar
Pada tahap ini merupakan
jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan
simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar.
Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai
meniru sesuatu yang riel”. Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil
atau alat tulis lainnya.
d.
Gambaran Mental
Merupakan penggambaran
secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak
pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang
sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.
Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
e.
Bahasa Ucapan
Anak menggunakan suara
atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat
berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.
3.
Tahap
Operasional Konkret
Tahap ini berada pada
rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan perkembangan system
pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah
mengembangkan operasi logis. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a.
Pengurutan
Kemampuan untuk
mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila
diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling
besar ke yang paling kecil.
b.
Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi
nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya,
atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
c.
Decentering
Anak mulai
mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi
pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.
d.
Reversibel
Anak mulai memahami
bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal.
Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan
sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
e.
Konservasi
Memahami bahwa
kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan
pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh,
bila anak diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu
bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan
tetap sama banyak dengan isi gelas lain.
f.
Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut
pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang
salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan
ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru
Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa
Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu
bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Baim.
4.
Tahap Operasional Formal
Tahap operasional formal
adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini
mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa.
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara
abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta,
bukti logis, dan nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat
pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke
dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Pada tahap ini, remaja telah memiliki
kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan
untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh: ketika suatu saat mobil yang
ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih
dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya
habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya
pada remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa
kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok.
D.
PENERAPAN TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF DARI PIAGET
Dalam hail ini, peran seorang pendidik sangatlah vital.
Beberapa penerapan atau implementasi yang harus diketahui dan diterapkan adalah
sebagai berikut:
1.
Memfokuskan
pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di
samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak
sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2.
Pengenalan
dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri
dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget
penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak
didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan
lingkungan.
3.
Tidak
menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak
seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4.
Penerimaan
terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang
sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
2. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF DARI VYGOTSKY
A. PENGERTIAN TEORI PERKEMBANGAN
KOGNITIF DARI VYGOTSKY
Teori Vygotsky
mengatakan bahwa pembelajaran mendahului perkembangan. Bagi Vygotsky,
pembelajaran melibatkan perolehan tanda-tanda melalui pengajaran dan informasi
dari orang lain. Perkembangan melibatkan internalisasi anak terhadap
tanda-tanda ini sehingga sanggup berpikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan
orang lain, kemampuan ini disebut pengaturan diri (self regulation).
B. KONSEP-KONSEP YANG MENDASARI TEORI
PERKEMBANGAN KOGNITIF DARI VYGOTSKY
Seperti
Piaget, Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif menyusun pengetahuan
mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki
koneksi-koneksi sosial. Berikut adalah konsep-konsep dari Vygotsky:
1. Konsep Zona Perkembangan Proksimal
(ZPD)
Zona Perkembangan Proksimal adalah
istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak seorang
diri tetapi dapat diipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa atau
anak-anak yang terlatih. Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan
Proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang
anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak
dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman
sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak
yang bekerja secara mandiri. Batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan
yang dapat diterima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur.
2. Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingkat
dukungan. Scaffolding adalah istilah
terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan
perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil
mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak.Dialog adalah alat yang
penting dalam ZPD. Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak
sistematis, acak, dan spontan. Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat
dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis, logis dan rasional.
3. Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan
bukan saja untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu mereka
menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini
menggunakan bahasa unuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku
mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya berkembang
terpisah dan kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam
pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal
dan menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat
transisi dari kemampuan bicara ekternal menjadi internal.
C. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF
1.
Tahap pertama
ialah belajar bahwa tindakan dan suara mempunyai makna
2. Tahap kedua
melibatkan praktik
3. Tahap ketiga
melibatkan penggunaan tanda untuk berfikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan
orang lain.
D. PENERAPAN TEORI PERKEMBANGAN
KOGNITIF DARI VYGOTSKY
a. Sebelum mengajar, seorang guru
hendaknya dapat memahami ZPD siswa batas bawah sehingga bermanfaat untuk
menyusun struktur materi pembelajaran. Implikasi atau penerapannya guru lebih
akurat tatkala menyusun strategi mengajarnya, sehingga tidak selalu memberikan
bimbingan kepada siswa. Dampak pengiringnya adalah siswa dapat belajar sampai
tingkat keahlian yang diharapkan dan mencapai ZPD pada batas-batas atas.
b. Untuk mengembangkan pembelajaran
yang komunikatif seorang guru perlu memanfaatkan tutor sebaya di dalam kelas.
Dalam pembelajaran seorang guru
sebaiknya menggunakan teknik scaffolding dengan tujuan siswa dapat belajar atas
inisiatifnya sendiri, sehingga mereka dapat mencapai keahlian pada batas atas
ZPD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar